Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Inflamasi

 

Pengertian Inflamasi

Pengertian Inflamasi. Secara etimologi, istilah inflamasi atau peradangan berasal dari kata "inflammare" yang berarti membakar. Sedangkan secara terminologi, inflamasi dapat diartikan sebagai suatu respon protektif terhadap cedera atau kerusakan jaringan dengan cara menghancurkan, mengurangi, atau mengurung agen atau senyawa asing yang masuk untuk mempertahankan homeostasis tubuh dan membuang sel dan jaringan nekrotik yang diakibatkan oleh kerusakan sel. Inflamasi dapat juga berarti suatu reaksi sistem kekebalan alami yang dimiliki tubuh untuk melawan serangan penyakit. Proses ini merupakan respons biologis terhadap sinyal bahaya yang menghampiri tubuh. Tanpa adanya proses infamasi atau peradangan, maka kemungkinan bagi infeksi dan luka untuk sembuh menjadi sangat kecil.

Dalam "Kamus Kedokteran" yang disusun oleh Dorland, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan inflamasi adalah respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung (sekuestrasi) baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera tersebut. Sedangkan Z. Ikawati dalam "Farmakoterapi Penyakit Sistem Saraf Pusat", menjelaskan bahwa inflamasi adalah salah suatu respon terhadap cedera jaringan ataupun infeksi. Inflamasi merupakan proses alami untuk mempertahankan homeostasis tubuh akibat adanya agen atau senyawa asing yang masuk.

Inflamasi terjadi ketika jaringan tubuh mengalami cedera, terinfeksi bakteri, terkena racun, atau panas. Inflamasi merupakan respon protektif yang sangat diperlukan oleh tubuh dalam upaya mengembalikan ke keadaan sebelum cedera atau untuk memperbaiki diri sendiri sesudah terkena cedera. Inflamasi memiliki tujuan untuk melakukan dilusi, penghancuran atau menetralkan agen berbahaya seperti kuman, bakteri, virus, trauma tajam atau tumpul, suhu sangat dingin atau panas atau terbakar, bahan kimiawi, imunologik yang kemudian akan memperbaiki bagian yang luka.

Jenis dan Gejala Inflamasi

Inflamasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Inflamasi akut.

Inflamasi akut adalah kondisi peradangan yang terjadi secara tiba-tiba. Inflamasi akut berlangsung relatif singkat, dari beberapa menit sampai beberapa hari. Inflamasi akut merupakan respon langsung dan dini terhadap agen inflamasi. Inflamasi jenis ini hanya terbatas pada tempat inflamasi dan menimbulkan tanda-tanda serta gejala lokal. Terdapat bebeapa gejala munculnya inflamasi akut, yaitu:

  • nyeri. Rasa sakit akibat peradangan bisa dirasakan terus-menerus maupun hanya ketika area yang meradang disentuh.

  • kemerahan. Saat mengalami inflamasi, aliran darah ke pembuluh darah kecil (kapiler) jadi meningkat, sehingga kulit akan terlihat berwarna kemerahan.

  • pembengkakan. Penumpukan cairan di area yang meradang berisiko menimbulkan pembengkakan.

  • rasa panas. Area yang terinflamasi biasanya akan terasa panas atau hangat jika disentuh. Hal ini disebabkan oleh aliran darah yang meningkat ke area tersebut.

  • kehilangan fungsi. Empat gejala inflamasi akut di atas, akan berujung pada gangguan fungsi organ yang meradang, seperti jadi sulit digerakkan, sulit bernapas, hingga tidak bisa mencium bau.

Sedangkan penyebab inflamasi akut, diantaranya adalah :

  • kulit lecet.
  • cidera.
  • radang tenggorokan.
  • flu.

2. Inflamasi kronik.

Tidak seperti inflamasi akut, inflamasi kronik biasanya lebih sulit dikenali karena gejalanya tidak terlalu terlihat. Pada umumnya, inflamasi kronik terjadi karena stimulus yang menetap, bisa selama beberapa minggu hingga beberapa bulan, menyebabkan infiltrasi sel-sel mononuklear dan proliferasi fibroblast. Gejala dari inflamsi kronis, diantaranya :

  • demam.
  • lemas.
  • sariawan.
  • muncul ruam kemerahan di kulit.
  • sakit perut.
  • sakit dada.

Sedangkan penyebab inflamasi kronik, diantaranya adalah :

  • inflamasi akut yang tidak diobati.
  • penyakit autoimun.

Inflamasi kronik dapat timbul melalui satu atau dua jalan, dapat juga timbul mengikuti proses inflamasi akut atau responnya sejak awal bersifat kronik. Perubahan inflamasi akut menjadi kronik berlangsung jika inflamasi akut tidak dapat reda yang disebabkan oleh agen penyebab inflamasi yang menetap atau terdapat gangguan pada proses penyembuhan normal.

Sedangkan S.A. Price dan L.M. Wilson, dalam "Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit", menyebutkan bahwa secara umum terdapat beberapa gejala yang ada pada proses inflamasi, yaitu :

  • rubor (kemerahan). Rubor terjadi pada tahap pertama dari proses inflamasi, terjadi karena darah terkumpul di daerah jaringan yang cedera akibat dari pelepasan mediator kimia tubuh (kinin, prostaglandin, histamin).

  • tumor (pembengkakan). Tumor merupakan tahap kedua dari inflamasi yang ditandai adanya aliran plasma ke daerah jaringan yang cedera. Gejala paling nyata pada peradangan adalah pembengkakan yang disebabkan oleh terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler, adanya peningkatan aliran darah dan cairan ke jaringan yang mengalami cedera sehingga protein plasma dapat keluar dari pembuluh darah ke ruang interstitium.

  • kalor (panas). Rasa panas dan warna kemerahan terjadi secara bersamaan. Rasa panas disebabkan karena jumlah darah lebih banyak di tempat radang daripada di daerah lain di sekitar radang. Fenomena panas ini terjadi bila terjadi di permukaan kulit, sedangkan bila terjadi jauh di dalam tubuh tidak dapat dilihat dan dirasakan.

  • dolor (nyeri). Rasa sakit akibat radang dapat disebabkan karena adanya peregangan jaringan akibat adanya edema sehingga terjadi peningkatan tekanan lokal yang dapat menimbulkan rasa nyeri, atau adanya pengeluaran zat-zat kimia atau mediator nyeri seperti prostaglandin, histamin, bradikinin yang dapat merangsang saraf-saraf perifer di sekitar radang sehingga dirasakan nyeri.

  • fungsiolaesa. Fungsiolaesa merupakan adanya perubahan, gangguan, kegagalan fungsi telah diketahui, pada daerah yang bengkak dan sakit disertai adanya sirkulasi yang abnormal akibat penumpukan dan aliran darah yang meningkat juga menghasilkan lingkungan lokal yang abnormal sehingga tentu saja jaringan yang terinflamasi tersebut tidak berfungsi secara normal.

Pengobatan Inflamasi. Pengobatan terhadap inflamasi dapat dilakukan dengan memakai dua cara, yaitu;

1. Obat dokter.

Obat anti inflamasi merupakan golongan obat yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan. Berdasarkan mekanisme kerjanya terdapat dua jenis obat anti inflamasi :
  • anti inflamasi steroid.
  • anti inflamasi non steroid.

2. Mengkonsumsi makanan tertentu.

Selain dengan obat, efek negatif dari inflamasi juga dapat dicegah dengan memanfaatkan makanan yang biasa dikonsumsi sehari-hari, seperti :
  • tempe. Tempe kaya dengan isoflavone atau genisten, yaitu suatu senyawa yang memiliki potensi untuk membantu mengelola rasa sakit dan melindungi tubuh dari penyakit.
  • bawang putih dan bawang bombay. Bawang putih dan bawang Bombay mengandung organosulfur yang dapat menurunkan produksi zat kimia dalam darah yang meningkatkan peradangan.
  • ikan. Terutama ikan yang banyak mengandung asam lemak omega-3.
  • makanan kaya serat. Mengkonsumsi makanan yang kaya serat secara rutin dapat membantu memelihara kesehatan saluran cerna, melawan dampak inflamasi, dan mengurangi risiko terkena penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, radang usus, dan perlemakan hati.
  • cokelat. Coklat yang dapat membantu meredakan inflamasi adalah cokelat hitam yang minimal mengandung 70 persen kakao murni.
Tujuan dari pengobatan inflamasi adalah :
  • meringankan gejala dan mempertahankan fungsi.
  • memperlambat atau menghambat proses perusakan jaringan.

Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian inflamasi (peradangan), jenis dan gejala, serta pengobatan inflamasi.

Posting Komentar untuk "Pengertian Inflamasi"