Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berpikir Kritis dan Pengambilan Keputusan Dalam Keperawatan

Berpikir Kritis dan Pengambilan Keputusan Dalam Keperawatan

Berpikir kritis dalam keperawatan adalah proses berpikir dalam keperawatan dengan terperinci dengan benar benar mempertimbangkan baik buruknya dalam memberikan layanan kesehatan, yaitu memberi layanan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan, Bertujuan untuk menganalisis penggunaan bahasa, perumusan masalah, penjelasan, dan ketegasan asumsi,kuatnya bukti bukti, menilai kesimpulan, membedakan antara yang baik dan buruknya argument, serta mencari kebenaran fakta dan nilai dari hasil yang diyakini benar, serta tindakan yang dilakukan dalam keperawatan.

Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode pengumpulan data dan menganalisis dari hasil pemikiran sendiri yang diterima pada saat praktek klinik dirumah sakit. Hasil dari kajian ini adalah Seorang perawat yang bekerja lebih lama akan sangat mudah dapat berpikir kritis dikarenakan belajar dari pengalaman pengalaman lalu yang didapatkannya sehingga tingkat pengetahuan juga akan meningkat. Perawat yang selalu berpikir kritis atau kreatif akan selalu melihat dan memecahkan masalah dengan sudut pandang yang berbeda dan mempertimbangkan dengan mendalam setiap masalah yang akan diambil demi kebaikan pasien dan diri sendiri dan Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Peningkatan kemampuan berpikir kritis akan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.

Sikap Perawat Dalam Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan bagian penting yang harus diterapkan oleh seorang perawat. Dengan berpikir kritis perawat mampu membuat sebuah keputusan keperawatan yang tepat berdasarkan kemampuan/kompetensi perawat.

Untuk mampu berpikir kritis, perawat harus menunjukkan sikap sebagaimana ia berpikir kritis. Sikat ini adalah nilai yang harus ditunjukkan keberhasilannya oleh pemikir kritis. Berikut adalah contoh sikap perawat dalam berpikir kritis.

TANGGUNG GUGAT

Sebagai perawat profesional, perawat harus membuat keputusan dalam proses terhadap hak, kebutuhan, dan minat klien. Perawat harus menerima tanggung gugat untuk apapun penilaian yang dibuatnya atas nama klien.

BERPIKIR MANDIRI

Sejalan dengan seorang menjadi dewasa dan mendapatkan pengetahuan baru, mereka belajar mempertimbangkan, ide dan konsep dengan rentang luas dan kemudian membuat penilaian mereka sendiri. Hal ini bukan berarti tidak menghargai pendapat orang lain.

MENGAMBIL RISIKO

Individu harus mampu menerima bahwa ide-idenya ditelaah dan harus dapat menerima pemikiran baru. Perlu dibutuhkan niat dan kemauan mengambil risiko untuk mengenali keyakinan apa yang salah dan untuk kemudian melakukan tindakan didasarkan pada keyakinan yang didukung oleh fakta dan bukti yang kuat (penelitian terkait).

KERENDAHAN HATI

Penting untuk mengetahui keterbatasan diri sendiri. Pemikir kritis harus menerima ketidaktahuan mereka dan mencoba untuk mendapatkan pengetahuan sehingga mampu membuat keputusan yang tepat. Perawat harus memikirkan kembali situasi, mencari pengetahuan tambahan, dan kemudian menggunakan informasi untuk membentuk konklusi (kesimpulan).

INTEGRITAS

Integritas pribadi membangun rasa percaya diri sejawat dan bawahan. Orang yang memiliki integritas dengan cepat berkeinginan untuk mengakui dan mengevaluasi segela ketidakkonsistenan dalam ide dan keyakinannya.

KETEKUNAN

Pemikir kritis terus bertekad untuk menemukan solusi yang efektif terhadap masalah pada klien. Solusi yang cepat dan tepat adalah solusi yang dapat diterima. Perawat belajar sebanyak mungkin mengenai masalah, mencoba berbagai pendekatan untuk perawatan, dan terus mencari sumber tambahan sampai pendekatan yang tepat ditemukan.

KREATIVITAS

Kreativitas mencakup berpikir orijinal. Hal ini berarti menemukan solusi di luar apa yang dilakukan seperti biasanya (tradisional). Kreativitas seorang perawat dapat diterapkan dalam pemberian intervensi keperawatan.

Kriteria kemampuan berpikir kritis perawat

  • Berpikir secara aktif dengan menggunakan inteligensia, pengetahuan, dan keterampilan diri untuk menjawab pertanyaan.
  • Dengan cermat menggali situasi dengan mengajukan dan menjawab pertanyaan yang relevan
  • Berpikir untuk diri sendiri dan secara cermat menelaah berbagai ide dan mencapai kesimpulan yang berguna.
  • Meninjau situasi perspektif yang berbeda untuk mengembangkan suatu pemahaman yang mendalam dan menyeluruh.
  • Mendiskusikan ide dalam suatu cara yang terorganisasi untuk pertukaran dan menggali ide dengan orang lain.

Komponen berpikir kritis dalam keperawatan (Kataoka-Yahiro & Saylor, 1994)

Dasar pengetahuan khusus: mencakup informasi dan teori dari ilmu pengetahuan alam, humaniora, dan keperawatan yang diperlukan untuk memikirkan masalah keperawatan.

Pengalaman dalam keperawatan: pengalaman klinis memberikan suatu sarana laboratorium untuk menguji pengetahuan keperawatan. Perawat akan mengetahui bahwa pendekatan “buku ajar” mempunyai landasan kerja yang penting untuk praktik, tetapi bahwa harus dibuat modifikasi untuk merangkul lingkungan praktik, kualitas keunikan klien yang ada, dan pengalaman perawat yang didapatkan dari klien-klien sebelumnya.

Kompetensi: proses kognitif yang digunakan perawat membuat penilaian keperawatan. Terdiri dari tiga tipe kompetensi (umum, khusus dalam situasi klinis dan khusus dalam keperawatan). Kompetensi umum mencakup metode ilmiah, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Kompetensi khusus dalam situasi klinis mencakup pertimbangan diagnostik, kesimpulan klinis dan pembuatan keputusan klinis. Kompetensi khusus dalam keperawatan berhubungan dengan proses keperawatan yang merupakan pendekatan sistematis yang digunakan untuk secara kritis bertahap mulai pengkajian, menetapkan diagnosis, merencanakan tindakan, melakukan tindakan, dan megevaluasi tindakan tersebut.

Sikap berpikir kritis: nilai yang harus ditunjukan keberhasilannya oleh pemikir kritis. Contoh sikap berpikir kritis adalah tanggung gugat, berpikir mandiri, mengambil risiko, kerendahan hati, integritas, ketekunan dan kreativitas.

Standar untuk berpikir kritis: standar intelektual (standar universal untuk berpikir kritis) dan profesional. Standar profesional untuk berpikir kritis mengacu kriteria etik untuk penilaian keperawatan dan kriteria untuk tanggung jawab dan tanggung gugat profesional.

Kompenen diatas mengajarkan perawat berpikir kritis membantu memperlihatkan kompleksitas dari proses pembuatan keputusan dalam keperawatan.

Menentukan Prioritas Diagnosa Keperawatan

Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat pasti akan melalui tahapan proses keperawatan (nursing process) yang meliputi tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Setalah melakukan pengkajian keperawatan, perawat diwajibkan menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang didapatkan dari klien baik dari hasil wawancara, pemeriksaan fisik, catatan medis dan pemeriksaan laboratorium.

Penentuan diagnosa keperawatan sangat penting, karena akan memengaruhi tindakan keperawatan yang perawat akan berikut. Setelah merumuskan diagnosa keperawatan spesifik, perawat harus berpikir kritis guna menentukan tingkat prioritas diagnosa dengan membuat peringkat.

Prioritas pemilihan diagnosa keperawatan adalah metode yang digunakan perawat dan klien untuk secara mutualisme membuat peringkat diagnosa dalam urutan kepentingan yang didasarkan pada keinginan, kebutuhan dan keselamatan.

Untuk merancang prioritas diagnosa keperawatan, sangat dibutuhkan dasar keilmuan yang tepat. Hirarki Maslow (1970) tentang kebutuhan dapat digunakan dalam menentukan prioritas diagnosa keperawatan.

Hirarki tentang kebutuhan merupakan cara yang sangat berguna bagi perawat untuk merencanakan kebutuhan klien. Prioritas diagnosa keperawatan diklasifikasikan menjadi tinggi, menengah atau rendah. Prioritas bergantung pada urgensi dari masalah. Diagnosa keperawatan yang jika tidak diatasi, dapat mengakibatkan ancaman bagi klien atau orang lain mempunyai prioritas tertinggi. Prioritas diagnosa dapat terjadi baik dalam dimensi psikologis maupun fisiologis. Sebagai contoh risiko terhadap tindakan kekerasan, gangguan pertukaran gas dan penurunan curah jantung adalah diagnosa keperawatan yang paling tinggi.

Sementara, pada diagnosa keperawatan menegah mencakup kebutuhan klien non emegency, tidak mengancam kehidupan. Diagnosa keperawatan rendah adalah kebutuhan klien yang mungkin tidak secara langsung berhubungan dengan penyakit spesifik atau prognosis spesifik.

Posting Komentar untuk "Berpikir Kritis dan Pengambilan Keputusan Dalam Keperawatan"